Diri yang Tak Terhargai
17.56Dideretan kursi panjang sebuah tubuh terkantuk
Kering, menggelepar malam
Menghisap sisa-sisa dini hari di secarik gerimis
Dengan sedikit kepastian, siang akan kembali lengang
Sebongkah mata menganga pelan
Langit menyapanya dengan gigil
Tubuh pucat tak punya api
Lari mencari teduh, beku yang didapati
Kepala tertunduk tak berenergi
Tubuh yang tak lagi punya taji
Hanya punya nyali, untuk menahan senyum,
melototkan mata atau mengernyitkan dahi
Gelisah itu tak terperi
Bukan soal materi
Tapi, diri yang tak perlu dihargai dengan setangkai kunci
(Banjarmasin, 21 Desember 2010)
5 Tahun Akrabi Malam
17.47Bukan kaca atau tembok tua
Satu hentakan membuatnya geleng kepala
Bagaimana harus merekatkannya?
5 tahun berlalu dengan renungan
Terkadang mimpi menjenguk di terang
Meski dengan sedikit igauan
Ia tertidur panjang
Siapa di samping, tak terhiraukan
Selalu terlelap saat hening maupun bising
Mencari sajak di rerumputan kering
Hilang digonggongan anjing.
(Banjarmasin, 21 Desember 2010)
Tembok Lembut Masa Kecilku
17.09Mungkin hari ini ulangtahunmu
Perempuan yang menggendong ketika manja
Mengusap air liyur berceceran di dagu
Membonceng ketika meniti sepeda laju
Menghardik orang yang melukaiku
Menahan deras air mataku
Membungkam ratapan dengan uang saku
Meski itu membeli harapan buku barumu
*Terima kasih atas semunya, aku sekarang tak secengeng itu, meski air mataku becucuran menuliskan tulisan ini, Happy birthday my sister
(Banjarmasin, 21 Desember 2010)