Obat Demamku
20.10Kucari obat di apotik ternama sepagi itu
Mengunyah dengan lidah terpaksa
Tapi, thermometer masih saja menunjukkan angka yang sama
Suatu pesan singkat ku terima “Ulun sayang banar lawan pian”
Hebat, demamku turun mengejutkan
Rupanya, demam itu rindu yang tak tertahankan.
Mengapa Kita Bisa Bahagia
20.06Gelap kopi masih bergelayutan
Meski hari bening menyilaukan
Kamar empat kali empat, menjadi kediaman
Duduk mesra dengan renungan
Malam menjenguk dengan kedipan mata yang padam
Melintas bayangmu dikejauhan
Mendekat,
Lebih dekat
Kita bertatap dalam khayal
Karena kerinduan yang dalam
Angan pun mendekap, hinggap disela-sela syaraf yang tak kunjung menjawab ketika ditanya, “Mengapa kita bahagia, hanya dengan kata cinta?”
Mengukur Jarak Tapin di Kerinduan
19.32Di sorot mata 5 watt tanpa kedip
Sebab kasur tak lagi membuatnya tersungkur,
dan lelap ketika orang mendengkur
Gerimis shubuh di Februari membuatnya gelisah
Pesan singkat yang membuatnya resah
Jarak tak menjadi ukuran, antara cinta dan kerinduan
Sepanjang itu kutapaki
Sedalam ini kurasakan
Aku cinta katamu waktu itu,
Aku tahu
Aku juga begitu