Entah dalam keadaan tertidur atau tidak, aku seperti berada di rumah Gusdur sementara para pelayat banyak di luar rumah. Dan di antara khayalan dan mimpi, Gusdur dan isterinya tampak sedang asyik duduk berdampingan di atas kursi, sementara aku duduk di sisi kanan mereka, mungkin sekitar dua meter atau lebih dekat.
Sembari tersenyum aku memandanginya dengan diam, dan entah mengapa aku seolah-olah akrab dengan keluarga ini. Padahal di antara kami tidak pernah ada pertemuan sebelumnya, dan aku pun hanya pernah melihat mereka di layar kaca. Tanpa sungkan, aku menanyakan satu pertanyaan, “Gus, orang-orang ribut pengen sampean dijadikan pahlawan, apalagi tokoh yang satu itu (tak elok rasanya menyebutkan namanya), gimana menurut sampean?”
Seperti biasa ia diam, namun kali ini ia tampak lebih gagah dari biasanya. Sebab, ia mampu berdiri sendiri dan berjalan menghampiri, kemudian duduk di sebelah kananku seraya berujar dengan gaya khasnya, “Alaaah… dia kan juga kepengen jadi pahlawan.”
Posting Komentar