Air Mata Tinta
//Renungan, rintihan, bualan, khayalan, mimpi, kenangan, ekspresi kecintaan, dan hal-hal yang tak bisa membuat tidurku lelap...//

Kenangan bersama Gusdur

Label:
Sekitar tiga hari sepeninggal Gusdur. Sepulang dari mushalla samping kost kami, di shubuh dingin aku menyandarkan diri di dinding kamar yang juga tak kalah membuat kulitku membeku. Sembari komat-kamit dengan bahasa yang tak semua kupahami, aku “kehilangan kesadaran”.

Entah dalam keadaan tertidur atau tidak, aku seperti berada di rumah Gusdur sementara para pelayat banyak di luar rumah. Dan di antara khayalan dan mimpi, Gusdur dan isterinya tampak sedang asyik duduk berdampingan di atas kursi, sementara aku duduk di sisi kanan mereka, mungkin sekitar dua meter atau lebih dekat.

Sembari tersenyum aku memandanginya dengan diam, dan entah mengapa aku seolah-olah akrab dengan keluarga ini. Padahal di antara kami tidak pernah ada pertemuan sebelumnya, dan aku pun hanya pernah melihat mereka di layar kaca. Tanpa sungkan, aku menanyakan satu pertanyaan, “Gus, orang-orang ribut pengen sampean dijadikan pahlawan, apalagi tokoh yang satu itu (tak elok rasanya menyebutkan namanya), gimana menurut sampean?”

Seperti biasa ia diam, namun kali ini ia tampak lebih gagah dari biasanya. Sebab, ia mampu berdiri sendiri dan berjalan menghampiri, kemudian duduk di sebelah kananku seraya berujar dengan gaya khasnya, “Alaaah… dia kan juga kepengen jadi pahlawan.”

Aku tersadar dalam hitungan menit. Tanpa membuang waktu, dengan diiringi sedikit senyuman aku berdoa, “Mudah-mudahan aku bisa berziarah ke makam ulama yang satu ini.” Dan Alhamdulillah tepat di seratus hari kepergiannya, hujan di Sabtu Februari itu membasahi buku 'joke-joke Gusdur' yang kubeli di sekitar komplek pemakamannya. Dan yang tak kalah membuatku gembira, aku datang bersama dengan rombongan ulama Martapura.
0 komentar:

Posting Komentar


Komentar Sahabat

Online

Berlangganan Via Email

Pengunjung

Sahabatku

Powered By Blogger